Rabu, 03 Agustus 2016

murottal untuk penurunan tingkat stree

PENGARUH INTERVENSI MENDENGARKAN AYAT SUCI AL-QUR’AN (MUROTTAL) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PSIKOLOGIS PADA LANSIA DI UPT PSLU PASURUAN, BABAT, LAMONGAN


(The Effect of Intervention of Listening Al-Quran (Murottal) to Reduce the Psychological Stress Level among Older Adults at UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan)

Yeni Ika Rahmawati, Retno Indarwati, Abu Bakar
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257

ABSTRACT

Introduction : Older adults, who lived in nursing home, often felt worried and afraid caused of had some quarrel with other, feeling abandoned, feeling useless, withdraw from social activities, immobilization, could effected psychological stress. The objective of this study is to explain about the effect of listening Al-Qur’an (murottal) intervention to reduce psychological stress level among older adults at UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan. Method : A pre-experimental method, with one group pre-post test design was used in this study. Respondents were ten older adults. Inclusion criterias were had no auditory disorder, undementia, age less than 90 years old, moslem. Independent variable was listening Al-Quran (murottal). Dependent variable was psychological stress level. Stress level was measured at first day before intervention and fifteenth day after intervention. Data was collected by direct interview based on DASS 21 questionnaire and was analyzed by Wilcoxon Signed Rank Test with significance level α ≤ 0.05. Result and Analysis : The result showed that there was significant difference of stress level between before and after intervention (p = 0.004, α ≤ 0.05), H0 was rejected and hypothesis is accepted, there was a significant effect of listening Al-Qur’an (murrotal) intervention to reduced stress level in older adults. Disscussion : The conclusion was psychological stress level of older adults increased before intervention and decreased after intervention. Listening Al-Qur’an (murottal) intervention had significant effect to reducing older adult’s psychological stress level. The other research should be did to identified ACTH’s value in the blood.

Keywords : murottal, psychological stress, older adults




PENDAHULUAN
Lansia atau lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bab I pasal 1 ayat 2, merupakan seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (Azizah, 2011). Menurut Kemenkes RI (2012), jumlah kelompok usia > 60 tahun di Indonesia sebanyak 16.713.926 dengan prevalensi 6,93%. Menurut Nugroho (2008), saat seseorang memasuki masa tua akan memiliki stresor psikososial diantaranya, kehilangan finansial (pendapatan
berkurang), kehilangan status jabatan, kehilangan pasangan, kehilangan teman/ relasi, kehilangan pekerjaan/kegiatan, merasakan atau sadar akan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian, dan gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. Banyak lansia yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan stresor tersebut dan bahkan tidak dapat menerima kenyataan tersebut (Darmojo,1999; Manabung, 2012). Lansia yang berada di panti sebagian besar memiliki perasaan jauh dari keluarga dan timbul perasaan terbuang dari orang yang disayangi. Dengan adanya kesenjangan antara harapan lansia dan kenyataan yang dihadapi, akan menimbulkan perasaan tersisih (Rosita, 2012). Menurut wawancara yang dilakukan di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan, banyak lansia yang sering mengalami kegelisahan dan kekhawatiran dalam menjalani hidup mereka. Kegelisahan dan kekhawatiran ini disebabkan antara lain karena adanya perasaan terbuang dari keluarga karena mereka tidak pernah dikunjungi oleh keluarga; ada lansia yang ingin pulang karena merasa tidak betah dengan kehidupan di panti; merasa tidak berguna karena sudah tidak bekerja lagi; merasa kesepian karena pasangan hidup telah meninggal; sering berselisih paham dengan lansia lain; dan ada lansia yang mengalami imobilisasi dalam jangka waktu lama, sehingga sehari-hari hanya berada di kamar. Hal tersebut merupakan stresor bagi lansia sehingga dapat memicu stres psikologis. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan DASS (Depression Anxiety Stress Scale) 21 pada 22 orang lansia di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan, terdapat lansia yang mengalami stres yaitu 17 orang lansia. Lansia yang mengalami stres ringan yaitu 7 orang, stres sedang yaitu 9 orang, dan stres sangat berat yaitu 1 orang.
Salah satu teknik non farmakologis untuk mengatasi stres yaitu menggunakan teknik relaksasi. Teknik yang digunakan dalam relaksasi salah satunya melalui ibadah kepada Tuhan (Smith, 2005). Ibadah dapat dilakukan melalui Al-Qur-an (Fanada & Muda, 2011). Lantunan murottal Al-Qur’an mampu membangkitkan tanggapan relaksasi sehingga hati menjadi tentram (Damayanti, 2010). Terapi murotal dapat memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini terjadi karena ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Getaran suara lantunan Al-Qur’an diterima oleh telinga, akan diteruskan oleh nervus vestibulokoklearis ke area pendengaran di otak, selanjutnya ke terjadi pembentukan persepsi dan interpretasi di area wernicke. Persepsi individu ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan, hasrat, dan kebutuhan (Oriordan, 2002; Faradisi, 2012). Proses selanjutnya terjadi di amigdala yaitu terjadi proses penyimpanan memori yang terbentuk di wernicke berupa kenyamanan, ketentraman, dan relaksasi (Khan, 2005; Pedak, 2009). Selanjutnya akan terbentuk respon psikologis yang positif sehingga akan memperbaiki kondisi psikologis individu (Sholeh, 2006).

BAHAN DAN METODE
Desain penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan one-group pre-post test design. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua lansia di UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan yang mengalami stress berjumlah 17 orang lansia. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara lansia di UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu berjumlah 10 orang. Penelitian dilakukan pada 1-16 Juni 2013. Variabel independen dalam penelitian ini adalah intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat stres psikologis pada lansia. Pengukuran tingkat stres melalui wawancara langsung pada responden berdasarkan kuesioner DASS-21 (Depression Anxiety Stress Scale-21)” yaitu menggunakan 7 item pernyataan stres Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres lansia yaitu kuesioner “DASS-21 (Depression Anxiety Stress Scale-21)” yaitu menggunakan 7 item pernyataan stres. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung pada responden sesuai dengan pernyataan dalam kuesioner DASS-21. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui pengaruh variabel independen (intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an) dan dependen (tingkat stres psikologis lansia) antara pre dan post intervensi dengan derajat kemaknaan ditentukan α≤0,05. Dari hasil perbandingan tingkat stres pre dan post akan ditentukan hipotesa diterima atau ditolak. Apabila hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan α ≤ p, maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima.

HASIL
1.    Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel  1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Jenis Kelamin
Jumlah (%)
Perempuan
90
Laki-laki
10

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan hampir seluruh responden berjenis kelamin perempuan yaitu 9 orang (90%). Perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada laki-laki dan perempuan memiliki pengalaman yang lebih banyak terkait stres.
2.    Distribusi responden berdasarkan usia

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan usia di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Rentang Usia
Jumlah (%)
60-69
20
70-79
70
80-89
10

Distribusi responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar responden berusia 70-79 tahun yaitu 7 orang (70%). Pada usia lebih dari 67 tahun (mature), individu memiliki tingkat stres yang lebih rendah daripada kelompok usia yang lebih muda. Namun dalam penelitian ini, tingkat stres responden memiliki nilai yang bervariasi pada semua rentang usia, sehingga usia tidak berpengaruh terhadap tingkat stres.
3.        Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan sebelum masuk panti

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan sebelum masuk panti di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Status Perkawinan
Jumlah (%)
Janda/duda
90

Kawin
10


Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan sebelum masuk panti menunjukkan hampir seluruh responden berstatus janda/duda yaitu 9 orang (90%). Kematian pasangan dapat menjadi penyebab hilangnya gairah hidup pada lansia, karena pasangan (suami/istri) merupakan semangat hidup mereka.
4.    Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan sebelum masuk panti
Tabel  4 Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan sebelum masuk panti di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Riwayat Pekerjaan
Jumlah (%)
Pegawai swasta
20

Wiraswasta
50

Lain-lain
30


Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan sebelum masuk panti menunjukkan setengah dari responden bekerja sebagai wiraswasta (rata-rata sebagai penjual) yaitu 5 orang (50%). Stres yang dialami oleh lansia dapat disebabkan oleh adanya perubahan kehidupan yang awalnya lansia bekerja dan saat tinggal di panti lansia tidap perlu bekerja lagi atau lansia merasa menjadi pengangguran,

sehingga dapat menyebabkan lansia merasa menjadi orang yang tidak berguna. Namun dalam penelitian ini jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap stres karena tingkat stres yang bervariasi pada semua jenis pekerjaan.
5.        Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di panti

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Lama Tinggal di Panti
Jumlah (%)
< 1 tahun
60

1 tahun
10

2 tahun
10

3 tahun
10

6 tahun
10


Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di panti menunjukkan bahwa sebagian besar tinggal kurang dari satu tahun yaitu 6 orang (60%). Masa tinggal di panti yang belum lama dapat menyebabkan lansia masih kurang beradaptasi pada kehidupan di panti sehingga dapat menimbulkan stres. Perubahan dalam aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu penyebabnya.
6.   Tingkat stres responden sebelum dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal)

Tabel 6 Tingkat Stres Responden sebelum dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an pada lansia di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Tingkat Stres
Jumlah (%)
Stres Ringan
60
Stres Sedang
40

Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 sebelum dilakukan intervensi (pre test) menunjukkan responden yang mengalami stres ringan sebanyak 60%. Stres ringan disebabkan oleh adanya perasaan dibuang oleh keluarga karena tidak pernah dikunjungi sebanyak 6 responden, merasa kesepian karena pasangan hidup telah meninggal sebanyak 5 responden, sering berselisih paham dengan lansia lain sebanyak 4 responden, dan responden yang kurang bersosialisasi dengan lansia lain karena belum lama tinggal di panti sehingga belum maksimal dalam beradaptasi sebanyak 3 responden.
7.        Tingkat stres responden setelah dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal)

Tabel 7 Tingkat Stres Responden setelah dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an pada lansia di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Tingkat Stres
Jumlah (%)
Stres Normal
70
Stres Ringan
30

Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 setelah dilakukan intervensi (post test) menunjukkan sebagian besar responden berada dalam rentnag normal sebanyak 70%. Penurunan tingkat stres pada responden dapat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi sehingga akan memengaruhi tingkat kekhusyukan responden. Responden yang mendengarkan dengan khusyuk dapat meningkatkan kesadaran dan kepasrahan pada Allah. Dalam keadaan ini, otak berada dalam kondisi rileks. Dalam keadaan tenang (rileks), otak dapat berpikir dengan jernih sehingga dapat melakukan perenungan tentang Allah, sehingga akan terbentuk kondisi psikologis positif dan koping yang adaptif.
 Tabel 8 Pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan


Tingkat Stres
Pre-test
Post-test
Jumlah
%
Jumlah
%
Normal
0
0
7
70
Ringan
6
60
3
30
Sedang
4
40
0
0
Mean
18,6
12,2
Wilcoxon Signed Rank Test
Asymp. sig (2-tailed) = 0,004


 Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai asymp. sig = 0,004 < p = 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terhadap penurunan tingkat stres lansia. Perbedaan perubahan penurunan tingkat stres pada responden dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap suara bacaan Al-Qur’an (murottal) dan tingkat konsentrasi responden yang dapat berpengaruh pada tingkat kekhusyukan responden.

PEMBAHASAN
Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 sebelum dilakukan intervensi (pre test) menunjukkan sebagian besar responden mengalami stres ringan sebanyak 60%. Stres ringan berada pada rentang 15-18 (Henry & Crawford, 2005). Responden yang mengalami stres ringan seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Keadaan ini sesuai dengan data yang dilaporkan APA, bahwa perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada laki-laki, yaitu 5,3 dan laki-laki 4,6 melalui pengukuran rentang stres 1 sampai dengan 10, dimana 1 tidak atau sedikit stres dan 10 adalah stres sangat berat. Perempuan memiliki pengalaman yang lebih banyak terkait stres. (APA (American Psychological Association), 2013). Stres ringan memiliki stresor yang dihadapi secara teratur dan dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Penyebabnya antara lain, timbul perasaan dibuang oleh keluarga karena tidak pernah dikunjungi sebanyak 6 responden, merasa kesepian karena pasangan sudah meninggal sebanyak 5 responden, memiliki masalah dengan lansia lain sebanyak 4 responden, dan masa tinggal di panti yang belum lama dapat memicu timbulnya stres, karena belum dapat beradaptasi secara maksimal sebanyak 3 responden.
Tanda dan gejala stres ringan pada lansia antara lain, bibir sering kering, sering terengah-engah, merasa lemas, dan takut tanpa alasan yang jelas. Stres ringan dengan jumlah banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko terjadi penyakit (Rasmun, 2004; Silalahi, 2010; Psychology Foundation of Australia, 2010; Purwati, 2012). Oleh karena itu, stres ringan pada responden harus ditangani secara tepat dan efektif agar tidak terjadi secara berkepanjangan, sehingga stres tidak berlanjut pada stres sedang maupun stres berat. Menurut Pappero (1997, yang disitasi oleh Sriati, 2008) mekanisme respon terhadap stres dipengaruhi oleh empat hal, yaitu kontrol (keyakinan memiliki kontrol terhadap stresor), prediktabilitas (stresor yang diprediksi menimbulkan respon yang tidak terlalu berat), persepsi individu terhadap stresor, dan respon koping. Dapat disimpulkan bahwa koping responden yang kurang efektif dapat meningkatkan resiko berlanjutnya stres ringan pada stres sedang maupun stres berat.
Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 sebelum dilakukan intervensi (pre test) juga menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden mengalami stres sedang sebanyak 4 responden. Stres sedang berada pada rentang 19-25 (Henry & Crawford, 2005). Kondisi stres sangat dipengaruhi oleh stresor sehingga jika jumlah stresor meningkat dapat menyebabkan tingkat stres meningkat pula (Potter & Perry, 2005; Hamdiana, 2009). Stres sedang disebabkan antara lain, adanya perasaan dibuang oleh keluarga karena tidak pernah dikunjungi sebanyak 3 responden, merasa kesepian karena pasangan sudah meninggal sebanyak 3 responden, sering berselisih paham dengan lansia lain, dan tinggal di panti kurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 2 orang. Pada tingkat stres sedang, individu lebih memfokuskan pada hal penting saat ini serta mengesampingkan hal lain sehingga dapat mempersempit lahan persepsinya (Stuart dan Sundeen, 1998; Nasution, 2011). Stres sedang terjadi lebih lama, antara beberapa jam hingga beberapa hari. Gejala stres sedang yang terjadi pada lansia antara lain mudah marah, bersikap berlebihan terhadap suatu situasi, tidak sabar saat menghadapi penundaan dan gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi kegiatan yang sedang dilakukan.
Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 setelah dilakukan intervensi (post test) menunjukkan sebagian besar responden berada dalam rentang stres normal sebanyak 7 orang. Stres normal merupakan stres yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan (Crawford & Henry, 2003; Purwati, 2012). Stres normal merupakan hal yang alamiah dan penting karena setiap orang pasti mengalami stres. Gejala stres normal yang dialami lansia misalnya merasakan jantung berdetak keras setelah melakukan aktivitas dan kelelahan setelah melakukan kegiatan (Psychology Foundation of Australia, 2010; Purwati, 2012).
Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 setelah dilakukan intervensi (post test) juga menunjukkan sebanyak 3 orang yaitu responden no. 5. Namun tingkat stres responden mengalami penurunan pada ketiga responden tersebut, yaitu stres sedang menjadi stres ringan dengan nilai perubahan 4 dan 6. Perubahan (penurunan) yang terjadi dengan nilai terbesar yaitu 8 dan nilai terkecil 4. Perbedaan perubahan penurunan tingkat stres pada responden dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap suara bacaan Al-Qur’an (murottal). Menurut Robbins (1993, yang disitasi oleh Assaat, 2007), individu dapat melihat hal yang sama, namun dapat berbeda dalam mempersepsikannya. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga unsur, yaitu individu yang mempersepsi (perceiver), obyek atau target yang dipersepsi, dan konteks situasi dimana persepsi dibuat.
Suara bacaan Al-Qur’an (murottal) akan memberikan persepsi yang berbeda pada tiap individu. Responden yang mempersepsikan suara bacaan Al-Qur’an (murottal) sebagai suatu hal yang menentramkan jiwa, dapat membentuk kondisi psikologis yang positif sehingga koping yang terbentuk merupakan koping yang adaptif. Selain persepsi, tingkat konsentrasi responden dapat menjadi penyebab perbedaan penurunan tingkat stres responden. Tingkat konsentrasi dapat berpengaruh pada tingkat kekhusyukan responden. Responden yang mendengarkan dengan khusyuk dapat meningkatkan kesadaran dan kepasrahan pada Allah, dalam keadaan ini, otak berada dalam kondisi rileks sehingga dapat mempengaruhi psikologis responden dan dapat membentuk koping positif (Khrisna, 2001; Faradisi, 2012).
Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai asymp. sign = 0,004 < p = 0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal). Sehingga hipotesis diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terhadap penurunan tingkat stres lansia.
Peneliti membuktikan bahwa intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) sebanyak 2 kali sehari, dengan durasi 15 menit pada tiap sesi, selama 14 hari menurunkan tingkat stres pada responden. Penurunan tingkat stres pada lansia dengan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terjadi melalui proses yang terjadi di dalam otak. Telinga mengubah input sensori menjadi impuls biokimia dan mengirimkan impuls tersebut ke otak. Otak akan mengolah informasi yang diterima, mendistribusikan ke dalam sistem dan fungsi untuk mencapai homeostasis. Suara bacaan Al-Qur’an akan menghasilkan efek positif dan menyenangkan yang termediasi melalui proses spesifik di otak (Khan, 2005). Sinyal suara yang diterima telinga akan menimbulkan persepsi ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman. Selanjutnya persepsi ini akan diinterpretasikan di area wernicke dan kemudian disimpan dalam amigdala berupa ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman sehingga memberikan respon psikologis yang positif (Pedak, 2009). Amigdala akan mengirimkan informasi pada Locus Coeruleus (LC) yang mengaktifkan reaksi saraf otonom. Hipotalamus merespon stimulus amigdala dengan menurunkan sekresi CRH (Corticotropic Releasing Hormone). CRH mengaktifkan kelenjar pituitari anterior untuk mensekresi neurotransmitter, endorfin dan enkefalin, yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit, nyeri, dan stres, serta mengendalikan sekresi CRF secara berlebihan. Sehingga sekresi ACTH (Adenocorticotropic Hormone) oleh kelenjar pituitari anterior juga akan menurun dan terkendali. Jika sekresi ACTH terkendali, akan merangsang korteks adrenal untuk mengendalikan sekresi hormon terkait stres, seperti kortisol dan katekolamin. Penurunan sekresi kortisol dan katekolamin dapat mengurangi reaksi stres (Sholeh, 2006).
Mendengarkan ayat suci Al-Quran (murottal) berhubungan dengan faktor keyakinan. Responden yang merupakan umat islam mempercayai Al-Qur’an sebagai kitab suci dan merupakan pedoman hidup manusia. Keyakinan dan kepasrahan kepada Allah dapat menjadikan kondisi psikologis menjadi lebih tenang dan nyaman, sehingga dapat lebih memaknai hidup dengan beribadah kepada Allah. Dengan kondisi psikologis yang tenang, dapat terbentuk koping yang adaptif sehingg tingkat stres dapat diturunkan.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu saat pelaksanaan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), ada responden yang berbicara sendiri, sehingga dapat mengganggu konsentrasi responden lain. Tingkat konsentrasi dapat berpengaruh pada tingkat kekhusyukan responden. Responden yang mendengarkan dengan khusyuk dapat meningkatkan kesadaran dan kepasrahan pada Allah, dalam keadaan ini, otak berada dalam kondisi rileks sehingga dapat mempengaruhi psikologis responden dan dapat membentuk koping adaptif (Khrisna, 2001; Faradisi, 2012). Orang yang memiliki konsentrasi yang baik akan mengingat suatu hal dalam waktu yang lama, sedangkan sesuatu hal kadang akan mudah dilupakan karena daya konsentrasi terhadap hal tersebut berkurang. Jika konsentrasi responden terganggu saat pelaksanaan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), secara tidak langsung pemusatan perhatian terhadap suara bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan akan berkurang sehingga dapat berpengaruh pada kekhusyukan responden. Jika kekhusyukan responden berkurang, maka proses penghayatan dan pemaknaan terhadap suara lantunan ayat suci Al-Qur’an akan terganggu dan tidak berjalan maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi proses yang terjadi di dalam otak terkait pembentukan persepsi terhadap suara bacaan Al-Qur’an dan proses interpretasi di dalam otak.

SIMPULAN DAN SARAN
  1.  Sebelum dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan mengalami stres ringan dan stres sedang, lansia merasa cemas dan gelisah karena merasa dibuang karena tidak pernah dikunjungi oleh keluarga, kesepian karena pasangan telah meninggal, sering berselisih paham dengan lansia lain, dan adaptasi yang kurang maksimal karena masa tinggal di panti yang belum lama.
  2. Setelah dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), tingkat stres lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan mengalami penurunan yaitu hampir seluruhnya normal, lansia merasa tenang dan nyaman ketika mendengarkan suci Al-Qur’an (murottal), berusaha menerima kehidupan yang telah digariskan oleh Allah, berusaha menjalani kehidupan di panti dengan ikhlas, menanamkan pada diri sendiri bahwa Allah sudah memberikan kehidupan yang terbaik. Hal ini membentuk koping yang positif pada lansia.
  3. Intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) dapat membentuk persepsi ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman ketika mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal). Hal ini dapat mempengaruhi sistem tubuh sehingga sekresi hormon terkait stres dapat menurun. Mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murotal) dapat meningkatkan kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan. Kesadaran ini dapat memberikan bentuk kepasrahan kepada Allah SWT secara total, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alfa, yang merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14 Hz yang merupakan keadaan energi dalam otak untuk menurunkan stres. Sehingga ada pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan.

Saran
Bagi profesi keperawatan sebaiknya menerapkan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) sebagai salah satu intervensi nonfarmakologis terutama dalam bidang spiritual dalam upaya untuk menurunkan tingkat stres pada lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup lansia. Institusi panti sebaiknya menjadikan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) sebagai salah satu kegiatan rutin bagi lansia untuk menciptakan perasaan dan suasana hati lansia tenang dan tentram sehingga dapat meminimalkan timbulnya stres. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran kadar ACTH responden secara invitro untuk mengetahui pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terhadap sistem dalam tubuh khususnya hormon terkait stres. Perlu pula melakukan penelitian dengan melibatkan kelompok kontrol sehingga pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) dapat dibandingkan antara kelompok yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan, sehingga hasil penelitian akan lebih valid.

KEPUSTAKAAN

APA (American Psychological Association), 2013. Stress By Gender. [Online] 750 First Street NE, Washington, DC Available at: http://www.apa.org/news/press/releases/stress/2012/gender.aspx [Accessed 3 April 2013].
Assaat, I.I., 2007. Persepsi Atas Program Akselerasi dan Stres Akademik. Jurnal Provitae, 3(1), pp.29-54.
Azizah, L.M., 2011. Keperawatan Lanjut Usia. 1st ed. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Damayanti, R., 2010. Pengaruh Mendengarkan Ayat Al Qur’an (Murattal) terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. [Online] Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Available at: http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2276 [Accessed Maret 26 2013].
Fanada, M. & Muda, W., 2011. Perawat Dalam Penerapan Therapi Psikoreligius untuk Menurunkan Tingkat Stress pada Pasien Halusinasi Pendengaran di Rawat Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang 2012. [Online] Palembang: Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan Available at: http://www.banyuasinkab.go.id/tampung/dokumen/dokumen-15-34.pdf [Accessed 2 April 2013].
Faradisi, F., 2012. Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. [Online] Stikes Muhmmadiyah Pekajangan Pekalongan Available at: http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id/journal/index.php/jik/article/view/7 [Accessed 27 Maret 2013].
Hamdiana, 2009. Perbedaan Tingkat Stres dan Strategi Koping Pada Lansia yang Tinggal di Rumah Bersama Keluarga dan di Panti Sosial Tresna Wredha Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam.Thesis. [Online] Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Available at: lontar.ui.ac.id [Accessed Juni 24 2013].
Henry, J.D. & Crawford, J.R., 2005. The short-form version of the Depression Anxiety Stress Scales (DASS-21): Construct validity and Normative Data in Large Non-clinical Sample. British Journal of Clinical Psychology , (44), p.227–239.
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kemenkes RI.
Khan, M.A.M., 2005. The Healing Sound. [Online] SRS Solution Available at: http://www.islamicwritings.org/quran/medical-miracles/the-healing-sound/ [Accessed 3 Mei 2013].
Manabung, D., 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Psikososial Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. Jurnal Health and Sport, 5(1).
Nasution, S., 2011. Gambaran Koping Stres pada Lansia Penderita Kelumpuhan Pascastroke.Skripsi. [Online] Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Available at: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/23345 [Accessed 25 Maret 2013].
Nugroho, W., 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Ed.3. Jakarta: EGC.
Pedak, M., 2009. Mukjizat Terapi Qur'an untuk Hidup Sukses. Jakarta: Wahyumedia.
Psychology Foundation of Australia, 2013. Depression Anxiety and Stress Scale (DASS). [Online] Psychology Foundation of Australia Available at: http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass/ [Accessed 7 Mei 2013].
Purwati, S., 2012. Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.Skripsi. [Online] Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Available at: http://www.lontar.ui.ac.id [Accessed 16 Juli 2013].
Rosita, 2012. Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Werdha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga. Biokultur, I(1), pp.43-52.
Sholeh, M., 2006. Terapi Salat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit. Jakarta: Hikmah.

Silalahi, N., 2010. Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Skripsi. [Online] Medan: Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23268 [Accessed 24 Maret 2013].
Smith, J.C., 2005. Relaxation, Meditation, and Mindfulness : A Mental Health Practitioner's Guide to New and Traditional Approaches. New York: Springer Publishing Company Inc.
Sriati, A., 2008. Tinjauan Tentang Stres. [Online] Jatinangor: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran Available at: http://repository.usu.ac.id [Accessed 24 Juni 2013].




Tidak ada komentar:

Posting Komentar