PENGARUH INTERVENSI MENDENGARKAN AYAT SUCI
AL-QUR’AN (MUROTTAL) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PSIKOLOGIS PADA LANSIA DI
UPT PSLU PASURUAN, BABAT, LAMONGAN
(The
Effect of Intervention of Listening Al-Quran (Murottal) to Reduce the
Psychological Stress Level among Older Adults at UPT PSLU Pasuruan, Babat,
Lamongan)
Yeni Ika Rahmawati, Retno Indarwati, Abu
Bakar
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754,
Fax.(031)5913257
Email:
yir.yeni@gmail.com
ABSTRACT
Introduction : Older adults, who lived in nursing home,
often felt worried and afraid caused of had some quarrel with other, feeling
abandoned, feeling useless, withdraw from social activities, immobilization,
could effected psychological stress. The objective of this study is to explain
about the effect of listening Al-Qur’an (murottal) intervention to reduce
psychological stress level among older adults at UPT PSLU Pasuruan, Babat,
Lamongan. Method : A
pre-experimental method, with one group pre-post test design was used in this
study. Respondents were ten older adults. Inclusion criterias were had no
auditory disorder, undementia, age less than 90 years old, moslem. Independent
variable was listening Al-Quran (murottal). Dependent variable was
psychological stress level. Stress level was measured at first day before
intervention and fifteenth day after intervention. Data was collected by
direct interview based on DASS 21 questionnaire and was analyzed by Wilcoxon
Signed Rank Test with significance level α ≤ 0.05. Result and Analysis : The result showed that there was significant
difference of stress level between before and after intervention (p = 0.004, α
≤ 0.05), H0 was rejected and hypothesis is
accepted, there was a significant
effect of listening Al-Qur’an (murrotal)
intervention to reduced stress level in older adults. Disscussion : The conclusion was
psychological stress level of older adults increased before intervention and
decreased after intervention. Listening Al-Qur’an (murottal) intervention had
significant effect to reducing older adult’s psychological stress level. The
other research should be did to identified ACTH’s value in the blood.
Keywords : murottal, psychological
stress, older adults
PENDAHULUAN
Lansia atau
lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia bab I pasal 1 ayat 2, merupakan seseorang yang berusia lebih dari
60 tahun (Azizah, 2011). Menurut Kemenkes RI (2012),
jumlah kelompok usia > 60 tahun di Indonesia sebanyak 16.713.926 dengan
prevalensi 6,93%. Menurut Nugroho (2008), saat seseorang memasuki masa tua akan memiliki
stresor psikososial diantaranya, kehilangan finansial (pendapatan
berkurang), kehilangan status jabatan, kehilangan pasangan,
kehilangan teman/ relasi, kehilangan pekerjaan/kegiatan, merasakan atau sadar
akan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian, dan gangguan gizi
akibat kehilangan jabatan. Banyak lansia yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan stresor tersebut dan bahkan tidak dapat menerima kenyataan tersebut (Darmojo,1999;
Manabung, 2012). Lansia yang berada di panti sebagian besar memiliki
perasaan jauh dari keluarga dan timbul perasaan terbuang dari orang yang
disayangi. Dengan adanya kesenjangan antara harapan lansia dan kenyataan yang
dihadapi, akan menimbulkan perasaan tersisih (Rosita,
2012) .
Menurut wawancara yang dilakukan di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan, banyak
lansia yang sering mengalami kegelisahan dan kekhawatiran dalam menjalani hidup
mereka. Kegelisahan dan kekhawatiran ini disebabkan antara lain karena adanya perasaan
terbuang dari keluarga karena mereka tidak pernah dikunjungi oleh keluarga; ada
lansia yang ingin pulang karena merasa tidak betah dengan kehidupan di panti;
merasa tidak berguna karena sudah tidak bekerja lagi; merasa kesepian karena
pasangan hidup telah meninggal; sering berselisih paham dengan lansia lain; dan
ada lansia yang mengalami imobilisasi dalam jangka waktu lama, sehingga sehari-hari
hanya berada di kamar. Hal tersebut merupakan stresor bagi lansia sehingga
dapat memicu stres psikologis. Berdasarkan
hasil wawancara dengan menggunakan DASS (Depression
Anxiety Stress Scale) 21 pada 22 orang lansia di UPT PSLU Pasuruan Babat
Lamongan, terdapat lansia yang mengalami stres yaitu 17 orang lansia. Lansia
yang mengalami stres ringan yaitu 7 orang, stres sedang yaitu 9 orang, dan
stres sangat berat yaitu 1 orang.
Salah satu
teknik non farmakologis untuk mengatasi
stres yaitu menggunakan teknik relaksasi. Teknik yang digunakan dalam relaksasi
salah satunya melalui ibadah kepada Tuhan (Smith,
2005) .
Ibadah dapat dilakukan melalui Al-Qur-an (Fanada & Muda, 2011) . Lantunan murottal Al-Qur’an mampu membangkitkan tanggapan
relaksasi sehingga hati menjadi tentram (Damayanti,
2010) .
Terapi murotal dapat memberikan dampak psikologis kearah positif, hal
ini terjadi karena ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka
murotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Getaran
suara lantunan Al-Qur’an diterima oleh telinga, akan diteruskan oleh nervus vestibulokoklearis ke area
pendengaran di otak, selanjutnya ke terjadi pembentukan persepsi dan
interpretasi di area wernicke.
Persepsi individu ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan,
hasrat, dan kebutuhan (Oriordan, 2002; Faradisi,
2012). Proses
selanjutnya terjadi di amigdala yaitu terjadi proses penyimpanan memori yang
terbentuk di wernicke berupa
kenyamanan, ketentraman, dan relaksasi (Khan, 2005; Pedak, 2009) . Selanjutnya
akan terbentuk respon psikologis yang positif sehingga akan memperbaiki kondisi
psikologis individu (Sholeh, 2006) .
BAHAN DAN METODE
Desain
penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan one-group pre-post test design. Populasi target dalam penelitian
ini adalah semua lansia di UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan yang mengalami
stress berjumlah 17 orang lansia. Penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
lansia di UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Sampel yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu berjumlah 10 orang.
Penelitian dilakukan pada 1-16 Juni 2013. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat stres psikologis pada
lansia. Pengukuran tingkat stres melalui wawancara langsung pada responden
berdasarkan kuesioner DASS-21 (Depression
Anxiety Stress Scale-21)” yaitu menggunakan 7 item pernyataan stres Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
stres lansia yaitu kuesioner “DASS-21 (Depression
Anxiety Stress Scale-21)” yaitu menggunakan 7 item pernyataan stres. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara
langsung pada responden sesuai dengan pernyataan dalam kuesioner DASS-21. Data
yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed
Rank Test untuk mengetahui pengaruh variabel independen (intervensi
mendengarkan ayat suci Al-Qur’an) dan dependen (tingkat stres psikologis
lansia) antara pre dan post intervensi dengan derajat kemaknaan
ditentukan α≤0,05. Dari
hasil perbandingan tingkat stres pre dan post akan ditentukan hipotesa diterima
atau ditolak. Apabila hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan α ≤ p, maka hipotesa nol
ditolak dan hipotesa alternatif diterima.
HASIL
1. Distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1 Distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Jenis Kelamin
|
Jumlah (%)
|
Perempuan
|
90
|
Laki-laki
|
10
|
Distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan hampir seluruh responden berjenis
kelamin perempuan yaitu 9 orang (90%). Perempuan memiliki tingkat stres yang
lebih tinggi daripada laki-laki dan perempuan memiliki pengalaman yang lebih
banyak terkait stres.
2. Distribusi
responden berdasarkan usia
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan usia di UPT PSLU
Pasuruan Babat Lamongan
Rentang Usia
|
Jumlah (%)
|
60-69
|
20
|
70-79
|
70
|
80-89
|
10
|
Distribusi
responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar responden berusia 70-79
tahun yaitu 7 orang (70%). Pada usia lebih dari 67 tahun (mature), individu memiliki tingkat stres yang lebih rendah daripada
kelompok usia yang lebih muda. Namun dalam penelitian ini, tingkat stres
responden memiliki nilai yang bervariasi pada semua rentang usia, sehingga usia
tidak berpengaruh terhadap tingkat stres.
3.
Distribusi responden berdasarkan riwayat
perkawinan sebelum masuk panti
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan
sebelum masuk panti di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Status Perkawinan
|
Jumlah (%)
|
||
Janda/duda
|
90
|
||
Kawin
|
10
|
||
Distribusi
responden berdasarkan riwayat perkawinan sebelum masuk panti menunjukkan hampir
seluruh responden berstatus janda/duda yaitu 9 orang (90%). Kematian pasangan
dapat menjadi penyebab hilangnya gairah hidup pada lansia, karena pasangan
(suami/istri) merupakan semangat hidup mereka.
4. Distribusi
responden berdasarkan riwayat pekerjaan sebelum masuk panti
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan
sebelum masuk panti di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Riwayat Pekerjaan
|
Jumlah (%)
|
||
Pegawai swasta
|
20
|
||
Wiraswasta
|
50
|
||
Lain-lain
|
30
|
||
Distribusi
responden berdasarkan riwayat pekerjaan sebelum masuk panti menunjukkan setengah
dari responden bekerja sebagai wiraswasta (rata-rata sebagai penjual) yaitu 5
orang (50%). Stres yang dialami oleh lansia dapat disebabkan oleh adanya
perubahan kehidupan yang awalnya lansia bekerja dan saat tinggal di panti
lansia tidap perlu bekerja lagi atau lansia merasa menjadi pengangguran,
sehingga dapat menyebabkan lansia
merasa menjadi orang yang tidak berguna. Namun dalam penelitian ini jenis
pekerjaan tidak berpengaruh terhadap stres karena tingkat stres yang bervariasi
pada semua jenis pekerjaan.
5.
Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di
panti
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di UPT
PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Lama Tinggal di Panti
|
Jumlah (%)
|
||
< 1 tahun
|
60
|
||
1 tahun
|
10
|
||
2 tahun
|
10
|
||
3 tahun
|
10
|
||
6 tahun
|
10
|
||
Distribusi
responden berdasarkan lama tinggal di panti menunjukkan bahwa sebagian besar
tinggal kurang dari satu tahun yaitu 6 orang (60%). Masa tinggal di panti yang
belum lama dapat menyebabkan lansia masih kurang beradaptasi pada kehidupan di
panti sehingga dapat menimbulkan stres. Perubahan dalam aktivitas sehari-hari dapat
menjadi salah satu penyebabnya.
6. Tingkat stres responden sebelum dilakukan
intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal)
Tabel 6
Tingkat Stres Responden sebelum dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an pada lansia di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Tingkat Stres
|
Jumlah (%)
|
Stres Ringan
|
60
|
Stres Sedang
|
40
|
Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 sebelum dilakukan intervensi (pre test) menunjukkan responden yang
mengalami stres ringan sebanyak 60%. Stres ringan disebabkan oleh adanya
perasaan dibuang oleh keluarga karena tidak pernah dikunjungi sebanyak 6
responden, merasa kesepian karena pasangan hidup telah meninggal sebanyak 5 responden,
sering berselisih paham dengan lansia lain sebanyak 4 responden, dan responden
yang kurang bersosialisasi dengan lansia lain karena belum lama tinggal di
panti sehingga belum maksimal dalam beradaptasi sebanyak 3 responden.
7.
Tingkat stres responden setelah dilakukan
intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal)
Tabel 7
Tingkat Stres Responden setelah dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an pada lansia di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan
Tingkat Stres
|
Jumlah (%)
|
Stres Normal
|
70
|
Stres Ringan
|
30
|
Hasil
pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 setelah
dilakukan intervensi (post test) menunjukkan
sebagian besar responden berada dalam rentnag normal sebanyak 70%. Penurunan
tingkat stres pada responden dapat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi
sehingga akan memengaruhi tingkat kekhusyukan responden. Responden yang
mendengarkan dengan khusyuk dapat meningkatkan kesadaran dan kepasrahan pada
Allah. Dalam keadaan ini, otak berada dalam kondisi rileks. Dalam keadaan
tenang (rileks), otak dapat berpikir dengan jernih sehingga dapat melakukan
perenungan tentang Allah, sehingga akan terbentuk kondisi psikologis positif
dan koping yang adaptif.
Tingkat Stres
|
Pre-test
|
Post-test
|
||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
|
Normal
|
0
|
0
|
7
|
70
|
Ringan
|
6
|
60
|
3
|
30
|
Sedang
|
4
|
40
|
0
|
0
|
Mean
|
18,6
|
12,2
|
||
Wilcoxon Signed Rank Test
|
Asymp. sig (2-tailed) = 0,004
|
PEMBAHASAN
Hasil
pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 sebelum
dilakukan intervensi (pre test) menunjukkan
sebagian besar responden mengalami stres ringan sebanyak 60%. Stres ringan
berada pada rentang 15-18 (Henry & Crawford, 2005) .
Responden yang mengalami stres ringan seluruhnya berjenis kelamin perempuan.
Keadaan ini sesuai dengan data yang dilaporkan APA, bahwa perempuan memiliki
tingkat stres yang lebih tinggi daripada laki-laki, yaitu 5,3 dan laki-laki 4,6
melalui pengukuran rentang stres 1 sampai dengan 10, dimana 1 tidak atau
sedikit stres dan 10 adalah stres sangat berat. Perempuan memiliki pengalaman
yang lebih banyak terkait stres. (APA (American Psychological Association), 2013) .
Stres ringan memiliki stresor yang dihadapi secara teratur dan dapat
berlangsung beberapa menit atau jam. Penyebabnya antara lain, timbul perasaan
dibuang oleh keluarga karena tidak pernah dikunjungi sebanyak 6 responden,
merasa kesepian karena pasangan sudah meninggal sebanyak 5 responden, memiliki
masalah dengan lansia lain sebanyak 4 responden, dan masa tinggal di panti yang
belum lama dapat memicu timbulnya stres, karena belum dapat beradaptasi secara
maksimal sebanyak 3 responden.
Tanda dan
gejala stres ringan pada lansia antara lain, bibir sering kering, sering
terengah-engah, merasa lemas, dan takut tanpa alasan yang jelas. Stres ringan
dengan jumlah banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko terjadi
penyakit (Rasmun, 2004; Silalahi, 2010; Psychology Foundation of Australia,
2010; Purwati, 2012). Oleh
karena itu, stres ringan pada responden harus ditangani secara tepat dan
efektif agar tidak terjadi secara berkepanjangan, sehingga stres tidak
berlanjut pada stres sedang maupun stres berat. Menurut Pappero (1997, yang
disitasi oleh Sriati, 2008) mekanisme respon terhadap stres dipengaruhi oleh
empat hal, yaitu kontrol (keyakinan memiliki kontrol terhadap stresor),
prediktabilitas (stresor yang diprediksi menimbulkan respon yang tidak terlalu
berat), persepsi individu terhadap stresor, dan respon koping. Dapat
disimpulkan bahwa koping responden yang kurang efektif dapat meningkatkan
resiko berlanjutnya stres ringan pada stres sedang maupun stres berat.
Hasil pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 sebelum dilakukan intervensi (pre test) juga menunjukkan bahwa hampir
setengah dari responden mengalami stres sedang sebanyak 4 responden. Stres
sedang berada pada rentang 19-25 (Henry & Crawford, 2005) . Kondisi stres
sangat dipengaruhi oleh stresor sehingga
jika jumlah stresor meningkat
dapat menyebabkan tingkat stres meningkat pula (Potter
& Perry, 2005; Hamdiana, 2009). Stres sedang disebabkan antara lain,
adanya perasaan dibuang oleh keluarga karena tidak pernah dikunjungi
sebanyak 3 responden, merasa kesepian karena pasangan sudah meninggal sebanyak
3 responden, sering berselisih paham dengan lansia lain, dan tinggal di panti
kurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 2 orang. Pada tingkat stres sedang, individu lebih memfokuskan pada hal penting
saat ini serta mengesampingkan hal lain sehingga dapat mempersempit lahan
persepsinya (Stuart dan Sundeen, 1998; Nasution,
2011). Stres sedang terjadi lebih lama, antara beberapa jam
hingga beberapa hari. Gejala stres sedang yang terjadi pada lansia antara lain
mudah marah, bersikap berlebihan terhadap suatu situasi, tidak sabar saat menghadapi
penundaan dan gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung,
gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi kegiatan yang
sedang dilakukan.
Hasil
pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 setelah
dilakukan intervensi (post test) menunjukkan
sebagian besar responden berada dalam rentang stres normal sebanyak 7 orang.
Stres normal merupakan stres yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian
alamiah dari kehidupan (Crawford & Henry,
2003; Purwati, 2012). Stres normal merupakan hal yang alamiah dan
penting karena setiap orang pasti mengalami stres. Gejala stres normal yang
dialami lansia misalnya merasakan jantung berdetak keras setelah melakukan
aktivitas dan kelelahan setelah melakukan kegiatan (Psychology Foundation of Australia, 2010; Purwati, 2012).
Hasil
pengukuran tingkat stres dengan DASS 21 setelah
dilakukan intervensi (post test) juga
menunjukkan sebanyak 3 orang yaitu responden no. 5. Namun tingkat stres
responden mengalami penurunan pada ketiga responden tersebut, yaitu stres
sedang menjadi stres ringan dengan nilai perubahan 4 dan 6. Perubahan
(penurunan) yang terjadi dengan nilai terbesar yaitu 8 dan nilai terkecil 4.
Perbedaan perubahan penurunan tingkat stres pada responden dipengaruhi oleh
persepsi individu terhadap suara bacaan Al-Qur’an (murottal). Menurut Robbins
(1993, yang disitasi oleh Assaat, 2007),
individu dapat melihat hal yang sama, namun dapat berbeda dalam
mempersepsikannya. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga unsur, yaitu individu
yang mempersepsi (perceiver), obyek
atau target yang dipersepsi, dan konteks situasi dimana persepsi dibuat.
Suara bacaan
Al-Qur’an (murottal) akan memberikan persepsi yang berbeda pada tiap individu.
Responden yang mempersepsikan suara bacaan Al-Qur’an (murottal) sebagai suatu
hal yang menentramkan jiwa, dapat membentuk kondisi psikologis yang positif
sehingga koping yang terbentuk merupakan koping yang adaptif. Selain persepsi,
tingkat konsentrasi responden dapat menjadi penyebab perbedaan penurunan
tingkat stres responden. Tingkat konsentrasi dapat berpengaruh pada tingkat
kekhusyukan responden. Responden yang mendengarkan dengan khusyuk dapat
meningkatkan kesadaran dan kepasrahan pada Allah, dalam keadaan ini, otak
berada dalam kondisi rileks sehingga dapat mempengaruhi psikologis responden
dan dapat membentuk koping positif (Khrisna, 2001; Faradisi, 2012).
Berdasarkan
uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh
nilai asymp. sign = 0,004 < p = 0,05 maka H0 ditolak yang
berarti bahwa ada perbedaan tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan
intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal). Sehingga hipotesis
diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan intervensi mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an (murottal) terhadap penurunan tingkat stres lansia.
Peneliti membuktikan bahwa intervensi
mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) sebanyak 2 kali sehari, dengan
durasi 15 menit pada tiap sesi, selama 14 hari menurunkan tingkat stres pada
responden. Penurunan tingkat stres pada lansia dengan intervensi mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an (murottal) terjadi melalui proses yang terjadi di dalam otak. Telinga
mengubah input sensori menjadi impuls biokimia dan mengirimkan impuls tersebut
ke otak. Otak akan mengolah informasi yang diterima, mendistribusikan ke dalam
sistem dan fungsi untuk mencapai homeostasis. Suara bacaan Al-Qur’an akan
menghasilkan efek positif dan menyenangkan yang termediasi melalui proses
spesifik di otak (Khan, 2005) .
Sinyal suara yang diterima telinga akan menimbulkan persepsi ketenangan,
kenyamanan, dan ketentraman. Selanjutnya persepsi ini akan diinterpretasikan di
area wernicke dan kemudian disimpan
dalam amigdala berupa ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman sehingga
memberikan respon psikologis yang positif (Pedak, 2009) .
Amigdala akan mengirimkan informasi pada Locus
Coeruleus (LC) yang mengaktifkan reaksi saraf otonom. Hipotalamus merespon
stimulus amigdala dengan menurunkan sekresi
CRH (Corticotropic Releasing Hormone).
CRH mengaktifkan kelenjar pituitari anterior untuk mensekresi neurotransmitter,
endorfin dan enkefalin, yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit, nyeri,
dan stres, serta mengendalikan sekresi CRF secara berlebihan. Sehingga sekresi
ACTH (Adenocorticotropic Hormone)
oleh kelenjar pituitari anterior juga akan menurun dan terkendali. Jika sekresi ACTH terkendali, akan merangsang
korteks adrenal untuk mengendalikan sekresi hormon terkait stres, seperti kortisol
dan katekolamin. Penurunan sekresi kortisol dan katekolamin dapat mengurangi
reaksi stres (Sholeh, 2006).
Mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal)
berhubungan dengan faktor keyakinan.
Responden yang merupakan umat islam mempercayai Al-Qur’an sebagai kitab suci dan merupakan
pedoman hidup manusia. Keyakinan dan kepasrahan kepada Allah dapat
menjadikan kondisi psikologis menjadi lebih tenang dan nyaman, sehingga dapat
lebih memaknai hidup dengan beribadah kepada Allah. Dengan kondisi psikologis
yang tenang, dapat terbentuk koping yang adaptif sehingg tingkat stres dapat
diturunkan.
Penelitian
ini memiliki keterbatasan yaitu saat pelaksanaan intervensi mendengarkan ayat
suci Al-Qur’an (murottal), ada responden yang berbicara sendiri, sehingga dapat
mengganggu konsentrasi responden lain. Tingkat konsentrasi dapat berpengaruh
pada tingkat kekhusyukan responden. Responden yang mendengarkan dengan khusyuk
dapat meningkatkan kesadaran dan kepasrahan pada Allah, dalam keadaan ini, otak
berada dalam kondisi rileks sehingga dapat mempengaruhi psikologis responden
dan dapat membentuk koping adaptif (Khrisna, 2001; Faradisi, 2012). Orang yang memiliki konsentrasi yang baik akan
mengingat suatu hal dalam waktu yang lama, sedangkan sesuatu hal kadang akan
mudah dilupakan karena daya konsentrasi terhadap hal tersebut berkurang. Jika
konsentrasi responden terganggu saat pelaksanaan intervensi mendengarkan ayat
suci Al-Qur’an (murottal), secara tidak langsung pemusatan perhatian terhadap
suara bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan akan berkurang sehingga dapat
berpengaruh pada kekhusyukan responden. Jika kekhusyukan responden berkurang,
maka proses penghayatan dan pemaknaan terhadap suara lantunan ayat suci
Al-Qur’an akan terganggu dan tidak berjalan maksimal. Hal ini dapat
mempengaruhi proses yang terjadi di dalam otak terkait pembentukan persepsi
terhadap suara bacaan Al-Qur’an dan proses interpretasi di dalam otak.
SIMPULAN DAN SARAN
- Sebelum dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan mengalami stres ringan dan stres sedang, lansia merasa cemas dan gelisah karena merasa dibuang karena tidak pernah dikunjungi oleh keluarga, kesepian karena pasangan telah meninggal, sering berselisih paham dengan lansia lain, dan adaptasi yang kurang maksimal karena masa tinggal di panti yang belum lama.
- Setelah dilakukan intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal), tingkat stres lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan mengalami penurunan yaitu hampir seluruhnya normal, lansia merasa tenang dan nyaman ketika mendengarkan suci Al-Qur’an (murottal), berusaha menerima kehidupan yang telah digariskan oleh Allah, berusaha menjalani kehidupan di panti dengan ikhlas, menanamkan pada diri sendiri bahwa Allah sudah memberikan kehidupan yang terbaik. Hal ini membentuk koping yang positif pada lansia.
- Intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) dapat membentuk persepsi ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman ketika mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal). Hal ini dapat mempengaruhi sistem tubuh sehingga sekresi hormon terkait stres dapat menurun. Mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murotal) dapat meningkatkan kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan. Kesadaran ini dapat memberikan bentuk kepasrahan kepada Allah SWT secara total, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alfa, yang merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14 Hz yang merupakan keadaan energi dalam otak untuk menurunkan stres. Sehingga ada pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal) terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di UPT PSLU Pasuruan, Babat, Lamongan.
Saran
Bagi profesi keperawatan sebaiknya menerapkan intervensi mendengarkan
ayat suci Al-Qur’an (murottal) sebagai salah satu intervensi nonfarmakologis
terutama dalam bidang spiritual dalam upaya untuk menurunkan tingkat stres pada
lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas
hidup lansia. Institusi panti sebaiknya menjadikan intervensi mendengarkan ayat
suci Al-Qur’an (murottal) sebagai salah satu kegiatan rutin bagi lansia untuk
menciptakan perasaan dan suasana hati lansia tenang dan tentram sehingga dapat
meminimalkan timbulnya stres. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran kadar ACTH responden secara invitro
untuk mengetahui pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci Al-Qur’an
(murottal) terhadap sistem dalam tubuh khususnya hormon terkait stres. Perlu pula melakukan penelitian dengan melibatkan
kelompok kontrol sehingga pengaruh intervensi mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an (murottal) dapat dibandingkan antara kelompok yang diberi perlakuan
dan tidak diberi perlakuan, sehingga hasil penelitian akan lebih valid.
KEPUSTAKAAN
APA (American
Psychological Association), 2013. Stress By Gender. [Online] 750 First
Street NE, Washington, DC Available at: http://www.apa.org/news/press/releases/stress/2012/gender.aspx [Accessed 3 April
2013].
Assaat, I.I., 2007. Persepsi Atas Program Akselerasi dan Stres Akademik.
Jurnal Provitae, 3(1), pp.29-54.
Azizah, L.M., 2011. Keperawatan Lanjut Usia. 1st ed. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Damayanti, R., 2010. Pengaruh Mendengarkan Ayat Al Qur’an (Murattal)
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di RS. PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. [Online] Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Available at: http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2276 [Accessed Maret 26
2013].
Fanada, M. & Muda, W., 2011. Perawat Dalam Penerapan Therapi
Psikoreligius untuk Menurunkan Tingkat Stress pada Pasien Halusinasi
Pendengaran di Rawat Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang 2012.
[Online] Palembang: Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan Available at: http://www.banyuasinkab.go.id/tampung/dokumen/dokumen-15-34.pdf [Accessed 2 April
2013].
Faradisi, F., 2012. Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik
Klasik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan.
[Online] Stikes Muhmmadiyah Pekajangan Pekalongan Available at: http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id/journal/index.php/jik/article/view/7 [Accessed 27 Maret
2013].
Hamdiana, 2009. Perbedaan Tingkat Stres dan Strategi Koping Pada
Lansia yang Tinggal di Rumah Bersama Keluarga dan di Panti Sosial Tresna
Wredha Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam.Thesis.
[Online] Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Available
at: lontar.ui.ac.id [Accessed Juni 24 2013].
Henry, J.D. & Crawford, J.R., 2005. The short-form version of the
Depression Anxiety Stress Scales (DASS-21): Construct validity and Normative
Data in Large Non-clinical Sample. British Journal of Clinical Psychology ,
(44), p.227–239.
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Kemenkes RI.
Khan, M.A.M., 2005. The Healing Sound. [Online] SRS Solution
Available at: http://www.islamicwritings.org/quran/medical-miracles/the-healing-sound/ [Accessed 3 Mei
2013].
Manabung, D., 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres
Psikososial Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. Jurnal
Health and Sport, 5(1).
Nasution, S., 2011. Gambaran Koping Stres pada Lansia Penderita
Kelumpuhan Pascastroke.Skripsi. [Online] Medan: Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Available at: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/23345 [Accessed 25 Maret
2013].
Nugroho, W., 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Ed.3.
Jakarta: EGC.
Pedak, M., 2009. Mukjizat Terapi Qur'an untuk Hidup Sukses.
Jakarta: Wahyumedia.
Psychology Foundation of Australia, 2013. Depression Anxiety and
Stress Scale (DASS). [Online] Psychology Foundation of Australia
Available at: http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass/ [Accessed 7 Mei
2013].
Purwati, S., 2012. Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler
Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.Skripsi.
[Online] Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Available at: http://www.lontar.ui.ac.id [Accessed 16 Juli
2013].
Rosita, 2012. Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Werdha Usia dan
Lansia Tinggal Bersama Keluarga. Biokultur, I(1), pp.43-52.
Sholeh, M., 2006. Terapi Salat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit.
Jakarta: Hikmah.
Silalahi, N., 2010. Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Skripsi. [Online] Medan:
Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23268 [Accessed 24 Maret
2013].
Smith, J.C., 2005. Relaxation, Meditation, and Mindfulness : A Mental
Health Practitioner's Guide to New and Traditional Approaches. New York:
Springer Publishing Company Inc.
Sriati, A., 2008. Tinjauan Tentang Stres. [Online] Jatinangor:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran Available at: http://repository.usu.ac.id [Accessed 24 Juni
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar